BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bajubodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas
bagian siku lengan.Dulu,
baju bodo bisa dipakai tanpa penutup payudara. Hal ini sudah sempat
diperhatikan james brooke (yang kemudian diangkat sultan Brunei menjadi raja Sarawak)
tahun 1840 saat dia mengunjungi istana Bone
Perempuan Bugis mengenakan pakaian sederhana.
Sehelai sarung menutupi pinggang hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin
(kasa), memperlihatkan payudara dan leluk-lekuk dada. Pada tahun 1930-an masih
banyak ditemui perempuan Bugis-Makasar memakai Baju-Bodo tanpa memakai penutup
dada. Masuknya ajaran islam dan munculnya baju LA’BU meski ajaran islam sudah
mulai menyebar dan dipelajari oleh masyarakat di Sulawesi sejak abad ke-5,
namun secara resmi baru diterima sebagai agama kerajaan pada abad ke-17.
B. RUMUSAN MASALAH
a.
Apa
itu baju bodo ?
b.
Apa
kegunaan kain muslin ?
c.
Ada
berapa warna baju bodo dan siap saja yang boleh menggunakannya ?
C. TUJUAN
a.
Menambah
wawasan tentang adat dan budaya bangsa terlebih kepada suku bugis.
b.
Sejarah
baju bodo yang selalu bertentengan dengan norma dan agama.
c.
Penggantian
kain muslin menjadi sutra.
1
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
PAKAIAN ADAT
SUKU BUGIS
Provinsi
Sulawesi Selatan dihuni oleh penduduk dari latar belakang yang heterogen. Di
antara penduduk-penduduk tersebut, Suku Makassar, Suku Bugis, dan Suku Mandar
adalah yang paling dominan. Masing-masing suku yang hidup dan tinggal di
Sulawesi Selatan mempunyai ciri khas adat dan kebudayaannya masing-masing,
salah satunya adalah dalam berpakaian
Masing-masing
suku yang tinggal di Sulawesi Selatan sebetulnya memiliki kekhasan dan
karakteristik baju adat yang beraneka ragam. Akan tetapi, di antara aneka
ragamnya jenis pakaian adat tersebut ada salah satu di antaranya yaitu BAJU BODO.
BAJU BODO
Baju Bodo merupakan
pakaian tradisional perempuan bugis di daerah Sulawesi Selatan dan
menjadi salah satu baju tertua di Dunia. Baju yang berbentuk persegiempat dan berongga
besar pada lengannya ini, terbuat dari kain MUSLIN, yang merupakan hasil
tenunan dari pilinan kapas yang ditenun dengan benang katun.
Kain
Muslin sendiri sangat terkenal diberbagai Negara walau dengan nama yang
berbeda. Kain muslin yang kita kenal yaitu sebutan dari Negara (Eropa).
Beberapa Negara yang menggunakan kain muslin walau dengan nama yang berbeda
yaitu Maisolos (Yunani Kuno), Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab).
Kain
muslin pertama kali diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh. Hal ini merujuk
pada catatan seorang pedagang Arab bernama Sulaiman pada abad ke-19. Sementara
pada tahun 1298, dalam buku yang berjudul “The Travel of Marco Polo”, Marco
Polo menggambarkan kalau kain Muslin dibuat di Mosul (Irak) dan diperdagangkan
oleh pedagang yang disebut Musolini.
2
MACAM-MACAM
KAIN MUSLIN
Namun
kain yang ditenun dari pilihan kapas yang dijalin dengan benang katun ini sudah
lebih dahulu dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan, yakni pada pertengahan
abad ke-9, jauh sebelum masyarakat Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17,
dan populer di Perancis pada abad ke-18. Kain Muslin memiliki rongga-rongga dan
jarak benang-benangnya yang renggang membuatnya terlihat transparan dan cocok
dipakai di daerah tropis dan daerah-daerah yang beriklim panas.
Pada tahun 1930-an masih
banyak ditemui perempuan Bugis-Makasar memakai Baju-Bodo tanpa memakai penutup
dada. Masuknya ajaran islam dan munculnya baju LA’BU meski ajaran islam sudah
mulai menyebar dan dipelajari oleh masyarakat di Sulawesi sejak abad ke-5,
namun secara resmi baru diterima sebagai agama kerajaan pada abad ke-17.Pergerakan
DII/TII di Sulawesi juga berpengaruh besar pada perkembangan Baju Bodo saat
itu. Ketatnya larangan kegiatan dan pesta adat oleh DII/TII, membuat Baju Bodo
menjadi asing dikalangan masyarakat Sulawesi khususnya Sulawesi selatan.
Larangan ini muncul mengingat penerapan syariat islam yang diusung oleh
pergerakan DII/TII.
3
Tak
lupa larangan ini menjadi isu besar dikalangan para pelaku adat dan agamawan, karena
dalam ajrn islam ditegaskan bahwa, pakian yang dibenarkan adalah pakaian yang
menutup aurat, tidak menampakan lekuk tubuhnya dan rona kulit selain telapak
tangan dan wajah. Kontroversi ini kemudian disikapi bijak oleh kerajaan Gowa,
hingga menculah modifikasi Baju Bodo
yaitu Baju La’bu. Baju yang semula tipis perlahan menjadi tebal dan
kaku.
Jika
pada awalnya baju ini dibuat dengan kain muslin tapi tidak untuk sekarang
karena kain muslin sudah diganti dengan benang sutera. Bagi golongan agamawan, adanya
baju la’bu ini adalah solusi terbaik karena tidak melanggar hokum islam dan
tidak menghilangkan nilai adat.
DESAIN
KOMUNIKASI VISUAL PADA WARNA BAJU BODO\BAJU LA’BU
“Warna dan arti menurut adat
Bugis, setiap warna yang dipakai oleh perempuan bugis menunjukan usia ataupun
martabat pemakaiannya”
a.
Warna
kuning gading
Warna kuning gading di ambil dari warna
tanaman kunyit dan temulawak yang dipakai oleh anak berusia dibawah 10 tahun yang disebut
“Waju Pela-Pela” yang berarti pengambaran terhadap dunia anak yang
perlu keriangan. Warna kuning gading adalah analogi agar sang anak cepat matang
dalam menghadapi tantangan hidup.
4
b.
Warna
jingga atau merah muda
Warna jingga atau merah muda ddiambil dari
buah Gore’ dan dipakai
oleh anak berusia 10-14 tahun. Pemilihan warna Jingga dan merah
muda karena warna ini adalah warna yang dianggap paling mendekati pada warna
merah darah atau merah tua, yaitu warna yang dipakai oleh mereka yang sudah
menikah. Selain itu, warna merah muda yang dalam bahasa Bugis disebut Bakko,
adalah representasi dari kata Bakkaa, yang berarti setengah matang.
c.
Warna
jingga atau merah muda berlapis
Warna jingga dan merah muda yang
berlapis atau bersusun dipakai oleh anak berusia 14-17 tahun karena sang gadis
sudah mulai akil baliq dan sang gadis dalam masa pertumbuhan.
5
d.
Warna
merah darah
Warna merah darah diambil dari
akar pohon mengkudu dan daun pohon jati dan dipakai oleh mereka yang sudah menikah
tetapi yang belum memiliki anak. Warna merah darah juga digunakan oleh mereka yang
sudah menikah dan melahirkan tetapi baju bodo yang dikenakan pun harus berlapis
atau bersusun karena dianggap telah
mengeluarkan darah dari rahimnya yang berwarna merah, mereka yang menggunakn
baju ini yaitu berusia 17-25 tahun.
e.
Warna
hitam & putih
Warna hitam dan putih di pakai oleh para
Inang. Dan warna baju ini di ambil dari arang hasil
pembakaran antara jerami padi, mayang kelapa, dan tempurung bakal buah lontar. Para inang yang memakai baju
bodo ini harus berumur 25-40 tahun. Para inang memiliki titisan darah berwarna
putih, inilah yang mengantarkan mereka mampu menjadi penghubung dengan Botting
langi (khyangan), peretiwi (dunia nyata), dan ale kawa (dunia roh). Mereka
dipercaya tidak memiliki alat kelamin sehingga terlepas dari kepentingan
syahwat.
6
f.
Warna
hijau
Warna hijau di pakai oleh para putri
bangsawan dan keturunannya yang dalam bahasa bugis disebut maddara takku (
berdarah bangsawan ). Warna baju ini diambil dari
tumbuhan hijau Dalam
bahasa bugis, warna hijau disebut kudara yang berasal dari kata “
na-takku-dara-na” yang secara harafiah berarti “mereka yang menjunjung tinggi
harkat kebangsawannya”.
g.
Warna
ungu
Warna ungu di pakai oleh para janda, warna
ini dari tanaman daun kemummu. dalam bahasa bugis warna ungu disebut
“kemummu” yang berarti lebamnya bagian tubuh yang terkena pukulan atau benturan
benda keras.
7
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
Sesuai
dengan namanya “BODO” yang berarti pendek, baju ini memang berlengan
pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai tanpa baju dalaman sehingga memperlihatkan
payudara dan lekuk-lekuk dada pemakainya, dan dipadukan dengan sehelai sarung
yang menutupi bagian pinggang ke bawah badan. Namun seiring dengan masuknya
pengaruh Islam di daerah ini, baju yang tadinya memperlihatkan aurat pun
mengalami perubahan. Busana transparan ini kemudian dipasangkan dengan baju
dalaman berwarna sama, namun lebih terang. Sedangkan busana bagian bawahnya
berupa sarung sutera berwarna senada.
0 Comments