BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu objek penting lainya dalam
kajian ‘Ulumul Qur’an adalah perbincangan mengenai mukjizat. Persoalan
mukjizat, terutama mukjizat Al-Qur’an , sempat menyeret para teolog klasik
dalam perdebatan yang berkepenjangan, terutama antara teolog dari kalangan
Mu’tazilah dan para teolog dari kalangan Ahlussunnah mengenai konsep shirfah.
Dengan perantaraan mukjizat, Allah
mengingatkan manusia bahwa para rasul itu merupakan utusan yang mendapat
dukungan dan bantuan dari langit. Mukjizat yang telah diberikan kepada para
nabi mempunyai fungsi yang sama, yaitu memainkan perananya dan mengatasi
kepandaian kaumnya disamping membuktikan bahwa kekuasaan Allah itu berada
diatas segala-galanya.
Suatu umat yang tinggi pengetahuanya dalam
ilmu kedokteran, misalnya tidak wajar dituntun dengan mukjizat dalam ilmu tata
bahasa, begitu pula sebaliknya. Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukan pada
suatu umat harus berkaitan dengan pengetahuan mereka karena Allah tidak akan
mengarahkan suatu umat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tujuanya adalah
agar tuntunan dan pengarahan Allah bermakna. Disitulah letak mukjizat yang
telah diberikan kepada para Nabi.
B. Rumusan Masalah
Agar lebih memperjelas tentang
mukjizat Al-Qur’an. Maka penulis merumuskan masalah mukjizat sebagi berikut:
1. Apa pengertian Mukjizat ?
2. Apa macam-macam mukjizat ?
3. Bagimana segi-segi kemukjizat
Al-Qur'an ?
4. Apa saja bukti historis kegagalan
menandingi Al-Qur'an?
5.
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memenuhi tugas kelompok Mata
Kuliah Ulumul Qur’an .
2. Untuk mengetahui seluk-beluk
mukjizat Al-Qur’an dan menambah wawasan pengetahuan, khusunya dalam bidang
Kemukjizatan Al-Qur’an.
1
BAB II
PEMBAHASAN
MUKJIZAT AL-QUR’AN
A. Pengertian Mukjizat Al-Qur’an
Menurut bahasa kata Mu’jizat berasal
dari kata i’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-i’jaza yang berarti melemahkan
atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila
kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam
lawan, ia dinamai mu’jizat.
Menurut istilah Mukjizat adalah peristiwa luar biasa yang terjadi melalui
seseorang yang mengaku Nabi, sebagai bukti kenabiannya. Dengan redaksi yang
berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang luar biasa yang
diperlihatkan Allah SWT. Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas
kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya. [2]
Kata I’jaz dalam bahasa Arab berarti
menganggap lemah kepada orang lain. Sebagimana Allah berfirman :
...أَعْجَزَتُ أَنْ أَكُوْنَ مِثْلَ هَذَاالْغُرَابِ
فَأُوَارِيَ سَوْءَةَ أَخِيْ...
“…Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti
burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini” (QS. Al Maidah (5): 31)
Maksud kumukjizatan Al-Qur’an bukan
semata mata untuk melemahkan manusia atau menyadarkan mereka atas kelemahanya
untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an akan tetapi tujuan yang sebenarnya adalah
untuk menjelaskan kebenaran Al-Qur’an dan Rasul yang membawanya dan sekaligus
menetapkan bahwa sesuatu yang dibawa oleh mereka hanya sekedar menyampaikan
risalah Allah SWT, mengkhabarkan dan menyerukan.
Unsur-unsur
mukjizat, sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab, adalah:
1.
Hal
atau peristiwa yang luar biasa
2
|
Peristiwa-peristiwa alam, yang
terlihat sehari-hari, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat. Hal ini
karena peristiwa tersebut merupakan suatu yang biasa. Yang dimaksud dengan
“luar biasa” adalah sesuatu yang berbeda di luar jangkauan sebab akibat yang
hukum-hukumnya diketahui secara umum. Demikian pula dengan hipnotis dan sihir,
misalnya sekilas tampak ajaib atau luar biasa, karena dapat dipelajari, tidak
termasukdalam pengertian “luar biasa” dalam definisi di atas.
2.
Terjadi
atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi.
Hal-hal
di luar kebiasaan tidak mustahil terjadi pada diri siapapun. Apabila
keluarbiasaan tersebut bukan dari seorang yang mengaku Nabi, hal itu tidak
dinamai mukjizat. Demikian pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang
yang kelak bakal menjadi Nabi ini pun tidak dinamai mukjizat, melainkan irhash.
Keluarbiasaan itu terjadi pada diri seseorang yang taat dan dicintai Allah,
tetapi inipun tidak disebut mukjizat, melainkan karamah atau kerahmatan.
Bahkan, karamah ini bisa dimiliki oleh seseorang yang durhaka kepada-Nya, yang
terakhir dinamai ihanah (penghinaan) atau Istidraj (rangsangan
untuk lebih durhaka lagi).
Bertitik
tolak dari kayakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW. adalah Nabi terakhir,
maka jelaslah bahwa tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalannya.
Namun, ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat terjadi dewasa ini.
3.
Mendukung
tantangan terhadap mereka yang meragukan kenabian
Tentu
saja ini harus bersamaan dengan pengakuannya sebagai Nabi, bukan sebelum dan
sesudahnya. Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang
berjalan dengan ucapan sang Nabi. Kalau misalnya ia berkata, “batu ini dapat
bicara”, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa “Sang penantang
berbohong”, maka keluarbiasaan ini bukan mukjizat, tetapi ihanah atau istidraj
4.
Tantangan
tersebut tidak mampu atau gagal dilayani
Bila
yang ditantang berhasil melakukan hal serupa, ini berarti bahwa pengakuan sang
penantang tidak terbukti. Perlu digarisbawahi di sini bahwa kandungan tantangan
harus benar-benar dipahami oleh yang ditantang. Untuk membuktikan kegagalan
mereka, aspek kemukjizatan tiap-tiap Nabi sesuai dengan bidang keahlian
umatnya.
B. Macam-Macam Mukjizat
Secara
garis besar, mukjizat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu mukjizat yang
bersifat material indrawi yang tidak kekal dan mukjizat immaterial, logis, dan
dapat dibuktikan sepanjang masa. Mukjizat nabi-nabi terdahulu merupakan jenis
pertama. Mukjizat mereka bersifat material dan indrawi dalam arti keluarbiasaan
tersebut dapat disaksikan dan dijangkau langsung lewat indra oleh masyarakat
tempat mereka menyampaikan risalahnya.
Perahu
Nabi Nuh yang dibuat atas petunjuk Allah sehingga mampu bertahan dalam situasi
ombak dan gelombang yang demikian dahsyat. Tidak terbakarnya Nabi Ibrahim a.s
dalam kobaran api yang sangat besar; berubah wujudnya tongkat Nabi Musa a.s.
menjadi ular; penyembuhan yang dilakukan oleh Nabi Isa a.s. atas izin Allah,
dan lain-lain, kesemuanya bersifat material indrawi, sekaligus terbatas pada
lokasi tempat mereka berada, dan berakhir dengan wafatnya mereka. Ini berbeda
dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW, yang sifatnya bukan indrawi atau material,
tetapi dapat dipahami akal. Karena sifatnya yang demikian, ia tidak dibatasi
oleh suatu tempat atau masa tertentu. Mukjizat Al-Qur’an dapat dijangkau oleh
setiap orang yang menggunakan akalnya dimana dan kapanpun.[3]
Perbedaan ini disebabkan oleh dua
hal pokok :
1.
Para
Nabi sebelum Nabi Muhammad SAW, ditugaskan untuk masyarakat dan masa tertentu.
Karena itu, mukjizat mereka hanya berlaku untuk masa dan masyarakat tersebut,
tidak untuk sesudah mereka. Ini berbeda dengan mukjizat Nabi Muhammad yang diutus seluruh umat manusia sampai akhir
zaman sehingga bukti ajaranya harus selalu ada dimana dan kapanpun berada.
2.
Manusia
mengalami perkembangan dalam pemikiranya. Umat para Nabi khususnya sebelum Nabi
Muhammad membutuhkan bukti kebenaran yang sesuai dengan tingkat pemikiran
mereka. Bukti tersebut harus demikian jelas dan langsung terjangkau oleh indra
mereka. Akan tetapi, setelah manusia
mulai menanjak ke tahap kedewasaan berpikir, bukti yang bersifat indrawi
tidak dibutuhkan lagi.
4
C. Bukti Historis Kegagalan Menandingi
Al-Qur'an
Al-Qur'an digunakan oleh Nabi
Muhammad SAW untuk menantang orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya
yang tidak mempercayai kebenaran Al-Qur'an sebagai firman Allah (bukan ciptaan
Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguhpun
memiliki tingkat fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi
memintanya untuk menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan :
1.
Mendatangkan
semisal Al-Qur'an secara keseluruhan, sebagaimana dijelaskan pada surat Al-Isra
(17) ayat 88 :
قُلْ لَئِنِ اجْتَمَعَتِ الْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَلَىٰ أَنْ يَأْتُوا بِمِثْلِ
هَٰذَا الْقُرْآنِ لَا يَأْتُونَ بِمِثْلِهِ وَلَوْ كَانَ بَعْضُهُمْ لِبَعْض ظَهِيرًا
“Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan
jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur'an ini, niscaya mereka tidak
akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi
pembantu bagi sebagian lain.””(Al-Isra (17): 88)
2. Mendatangkan sepuluh surat yang
menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur’an, sebagaimana dijelaskan dalam
surat Hud (11) ayat 13 berikut :
أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ ۖ قُلْ فَأْتُوا
بِعَشْرِ سُوَرٍ مِثْلِهِ مُفْتَرَيَاتٍ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ
إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Bahkan mereka mengatakan, Muhammad
telah membuat-buat Al-Qur’an itu. “ Katakanlah, kalau demikian, maka
datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat menyamai, dan panggilah
orang-orang yang kamu sanggup memanggilnya selain Allah, jika kamu memang
orang-orang yang benar” (Q.S. Hud [11]: 13)
3. Surat yang menyamai surat-surat yang
ada dalam Al-Qur'an, sebagaimana dijelaskan oleh surat Al-Baqarah (2) ayat 23
وَإِنْ كُنْتُمْ فِي رَيْبٍ مِمَّا نَزَّلْنَا
عَلَىٰ عَبْدِنَا فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ وَادْعُوا شُهَدَاءَكُمْ مِنْ دُونِ
اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang
Al-Qur'an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat
(saja) yang semisal Al-Qur'an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah,
jika kami orang-orang yang benar” (QS. Al Baqarah (2): 23)
Sejarah
telah menunjukan bahwa jawaban orang-orang Arab ternyata gagal menandingi
Al-Qur'an. Inilah beberapa catatan sejarah yang memperlihatkan kegagalan itu:
Pemimpin
Quraisy pernah mengutus Abu Al-Walid, seorang sastrawan ulung yang tiada bandingannya
untuk membuat sesuatu yang mirip dengan Al-Qur'an ketika Abu Al-Walid
berhadapan dengan Rasulullah SAW. Yang membaca surat Fushilat, ia tercengang
mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa Al-Qur'an dan ia pun kembali pada
kaumnya dengan tangan hampa.
5
|
Musailamah bin Habib Al Kadzdzab yang
mengaku sebagai Nabi juga pernah berusaha mengubah sesuatu yang mirip dengan
ayat-ayat Al-Qur'an. Ia mengaku bahwa dirinyapun mempunyai Al-Qur'an yang
diturunkan dari langit dan dibawa oleh Malaikat yang bernama Rahman. Di antara
gubahan-gubahannya yang dimaksudkan untuk mendandingi Al-Qur'an itu adalah
antara lain:
لطِّيْنِيَاضِفْدَعُ بِنْتُ ضِفْدَعَيْنِ
نَقِّيْ مَاتُنَقِيْنَ أَعْلاَكِ فِى اْلمَاءِ وَأَسْفَلُكِ
“Hai katak, anak dari dua katak. Bersihkan
apa saja yang akan engkau bersihkan, bagian atas engkau di air dan bagian bawah
engkau di tanah”.
Ketika
itu pula, ia merobek-robek apa saja yang telah ia kumpulkan dan merasa malu
tampil di depan khalayak ramai. Setelah peristiwa itu ia mengucapkan
kata-katanya yang masyhur:
“Demi Allah,
siapapun yang tidak akan mampu mendatangkan yang sama dengan Al-Qur'an.”
D. Segi-segi Kemukjizatan Al-Qur’an
1.
Gaya
Bahasa
Gaya bahasa Alqur’an banyak
membuat orang Arab saat itu kagum dan terpesona. Kehalusan Kehlusan ungkapan
bahasannya membuat banyak manusia masuk Islam. Bahkan,,Umar bin Khaththab pun
yang mulanya dikenal sebagai seorang yang paling memusuhi Nabi Muhammad SAW.
Dan bahkan dia berniat untuk membunuhnya, ternyata masuk Islam dan beriman
kepada kerasulannya Muhammad hanya karena mendengar petikan ayat ayat suciAl-Qur’an. Susunan Al-Qur’an tidak dapat disamai oleh karya sebaik apapun.
2.
Susunan
Kalimat
Al-Qur’an
mempunyai uslub (style) atau susunan bahasanya sangat jauh berbeda. Uslub
bahasa Al-Qur’an jauh lebih tinggi kualitasnya bila dibandingkan dengan
hadis qudsi dan hadis nabawi meskipun sama sama keluar dari mulut Nabi.
Al-Qur’an muncul dengan Uslub yang begitu indah. Di dalam Uslub
tersebut terkandung nilai-nilai istimewa dan tidak akan pernah ada pada ucapan
manusia.
|
Dalam Al-Qur’an misalnya banyak ayat
yang mengandung tasybih (penyerupaan) yang disusun dalam bentuk yang sangat
indah, jauh lebih indah daripada apa yang dibuat oleh penyair dan sastrawan.
Dapat dilihat salah satu contoh
dalam surat Al-Qoriah [101] ayat 5 Allah berfirman :
الْمَنْفُوشِ كَالْعِهْنِ لْجِبَالُا تَكُونُ وَ
“Dan
gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan”
Bulu yang dihambur-hamburkan
sebagai gambaran dari gunung-gunung yang telah hancur lebur berserakan
bagian-bagiannya. Kadangkala Al-Qur’an mengarah untuk menyatakan kedua unsur
tasybih, yakni musyabbah (yang diserupakan dengannya) itu mempunyai sifat indrawi yang sama.
Dalam tasybih paling tidak
harus ada musyabbah dan musyabbah bih. Kalau salah satu dan kedua unsur
tersebut tidak ada yang dibuang, ia bukan lagi tasybih, tetapi isti’arah. Dalam
Al-Qur’an banyak didapati gaya bahasa terbentuk isti’arah. Salah satu contohnya
ialah :
شَقِيًّا رَبِّ بِدُعَائِكَ أَكُنْ وَلَمْ شَيْبًا الرَّأْسُ وَاشْتَعَلَ مِنِّي الْعَظْمُ وَهَنَ إِنِّي رَبِّ قَالَ
“Ia
berkata, Ya Tuhanku, Sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya
Tuhanku.” (Q.S.Maryam[19];4).
Menurut pakar ilmu Balaghah, Al-Qur’an
selain menggunakan tasybih dan isti’arah, juga menggunakan majaz (metafora) dan
matsal (perumpamaan).
3.
Hukum
Ilahi yang Sempurna
Al-Qur’an
menjelaskan pokok-pokok akidah, norma-norma keutamaan, sopan santun,
undang-undang ekonomi politik, sosial dan kemasyarakatan, serta hukum-hukum
ibadah. Kalau pokok-pokok ibadah wajib diperhatikan, akan diperoleh kenyataan
bahwa Islam telah memperluasnya dan menganekaragamkannya serta meramuya menjadi
ibadah amaliyah, seperti zakat dan sedekah. Ada juga ibadah amaliyah sekaligus
ibadah badaniyah seperti berjuang dijalan Allah SWT.
Tentang akidah, Al-Qur’an
mengajak umat menusia pada akidah yang suci dan tinggi, yakin beriman kepada
Allah yang Maha Agung menyatakan adanya nabi dan rosul serta mempercayai semua
kitab samawi.
|
Dalam bidang undang-undang,
Al-Qur’an telah menetapkan kaidah-kaidah mengenai perdata pidana politik, dan
ekonomi. Mengenal hubungan internasional, Al-Qur’an telah menetapkan dalam
dasar–dasarnya yang paling sempurna dan adil, baik dalam keadaan damai ataupun
perang.
Al-Qur’an
menggunakan dua cara tatkala menetapkan sebuah ketentuan hukum.
a. Secara global
Persoalan
ibadah umumnya diterangkan secara global, sedangkan perinciannya diserahkan
kepada para ulama melalui ijtihad.
b. Secara terperinci
Hukum
yang dijelaskan secara terperinci adalah yang berkaitan dengan utang-piutang,
makanan yang halal dan yang haram, memelihara kehormatan wanita, dan masalah
perkawinan.
4.
Ketelitian
Redaksinya
Ketelitian redaksi Al-Qur-an
bergantung pada hal berikut:
a) Keseimbangan antara jumlah bilangan
kata dengan antonimnya.
b) Keseimbangan jumlah bilangan kata
dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya
c) Keseimbangan jumlah bilangan kata
dengan jumlah kata yang menunjukan akibatnya.
d) Keseimbangan jumlah bilangan kata
dengan kata penyebabnya.
e) Disamping keseimbangan-keseimbangan
tersebut, ditemukan juga keseimbang khusus
1) Kata yawm (hari) dalam bentuk
tunggal sejumlah 365 kali, sebanyak hari-hari dalam setahun, sedangkan kata
hari yang menunjukan bentuk plural (ayyam) atau dua (yawmayni), berjumlah tiga
puluh, sama dengan jumnlah hari dalam sebulan. Disisi lain, kata yang berarti
bulan (syahr) hanya terdapat dua belas kali sama dengan jumlah bulan dalam
setahun.
2) Al-Qur-an menjelaskan bahwa langit
itu ada tujuh macam. Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula, yakni
· Surat Al-Baqarah [2] ayat 29
|
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَىٰ
إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dia-lah
Allah yang menjadikan segala yang ada dibumi untuk kamu dan dia berkehendak
(menciptakan) langit, lalu dijadikannya tujuh langit. Dan dia Maha mengetahui
segala sesuatu.
· Surat Al-Isra [17] ayat 44
تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ
ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ
ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا
“Langit yang
tujuh, bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kpada Allah. Dan tak ada
satupun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian tidak
mengerti bertasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.”
· Surat Al-Mukmin [23] ayat 86
قل من رب السماوات السبع ورب العرش العظيم
Katakanlah:
"Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya 'Arsy yang besar”
· Surat Al-Fushilat [41] ayat 12
فَقَضَاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ فِي يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِي
كُلِّ سَمَاءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَحِفْظًا
ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
.” Maka Dia
menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
· Surat Ath-Thalaq [65] ayat 12
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ
يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا
“Allah lah
yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah erlaku
padanya, dan sesungguhnya Allah ilmu agar kamu mengetahui bahwasannya Allah
Maha kuasa atas segala sesuatu, benar meliputi segala sesuatu nya benar”
· Surat Al-Mulk [67] ayat 3
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَا تَرَىٰ فِي خَلْقِ
الرَّحْمَٰنِ مِنْ تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِنْ فُطُورٍ
“Yang telah
menciptakan tujuh langit berlapis lapis. Kamu sekali kali tidak melihat pada
ciptaan Tuhan yang maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang ?”
· Surat Nuh [71] ayat 15.
أَلَمْ تَرَوْا كَيْفَ خَلَقَ اللَّهُ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا
|
“Tidakkah
kamu perhatikan bagaimana Allah menciptakan tujuh langit bertingkat tingkat ?”
Selain
itu, penjelasan tentang terciptanya langit dan bumi dalam enam hari dinyatakan
pula dalam tujuh ayat.
3) Kata-kata yang menunjukan kepada
utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira)
atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah
ini seimbang dengan jumlah penyebutan nama-nama nabi, rasul dan pembawa berita
tersebut, yakni 518.[5]
5.
Berita
tentang hal-hal gaib
Sebagaimana
ulama mengatakan bahwa sebagian mukjizat Al-Qur'an itu adalah berita gaib.
Salah satu contohnya adalah Fir’aun, yang mengejar-ngejar Nabi Musa. Hal ini,
diceritakan dalam surat Yunus (10) ayat 92:
لَغَافِلُونَ آيَاتِنَا عَنْ النَّاسِ مِنَ كَثِيرًا وَإِنَّ ۚآيَةً خَلْفَكَ لِمَنْ لِتَكُونَ بِبَدَنِكَ نُنَجِّيكَ فَالْيَوْمَ
“Maka
pada hari Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi
orang-orang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Pada ayat itu ditegaskan bahwa badan Firaun akan
diselamatkan Tuhan untuk menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya. Tidak
seorang pun mengetahui hal tersebut karena telah terjadi sekitar 1.200 tahun
SM. Pada awal abad ke-19, tepatnya pada tahun 1896 di lembah raja-raja Luxor
Mesir, seorang ahli purbakala Loret menemukan satu mumi, yang dari data-data
sejarah terbukti bahwa ia Firaun yang bernama Muniftah yang pernah mengejar
Nabi Musa a.s. selain itu pada tanggal 8 Juli 1908, Elliot Smith mendapat izin
dari pemerintah Mesir untuk membuka pembalut-pembalut Firaun tersebut. Apa yang
ditemukannya satu jasad utuh, seperti yang diberitakan Al-Qur'an melalui Nabi
yang ummy (tidak pandai membaca dan menulis)
6.
|
Isyarat-isyarat
Ilmiah
Banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dala Al-Qur-an misalnya:
a. Cahaya matahari bersumber dari
dirinya dan cahaya bulan merupakan pantulan. Terdapat dalam Q.S. Yunus [10]: 5.
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً
وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ
ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
b. Kurangnya oksigen pada ketinggian
dapat menyesakan napas, hal ini terdapat pada surat Al-An’am [6]: 25
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُ إِلَيْكَ
ۖ وَجَعَلْنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ أَكِنَّةً أَنْ يَفْقَهُوهُ وَفِي آذَانِهِمْ وَقْرًا
ۚ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا ۚ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوكَ يُجَادِلُونَكَ
يَقُولُ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَٰذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ
c. Perbedaan sidik jari manusia.
Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 4
بَلَىٰ قَادِرِينَ عَلَىٰ أَنْ نُسَوِّيَ
بَنَانَهُ
d. Aroma/bau manusia berbeda-beda.
Terdapat dalam surat Yusuf [12]: 94
وَلَمَّا فَصَلَتِ الْعِيرُ قَالَ أَبُوهُمْ
إِنِّي لَأَجِدُ رِيحَ يُوسُفَ ۖ لَوْلَا أَنْ تُفَنِّدُونِ
e. Masa penyusuan yang tepat dan
kehamilan minimal. Terdapat dalam surat Al-Baqarah [2]: 233
وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلَادَهُنَّ
حَوْلَيْنِ كَامِلَيْنِ ۖ لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يُتِمَّ الرَّضَاعَةَ ۚ وَعَلَى الْمَوْلُودِ
لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ لَا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلَّا وُسْعَهَا
ۚ لَا تُضَارَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلَا مَوْلُودٌ لَهُ بِوَلَدِهِ ۚ وَعَلَى الْوَارِثِ
مِثْلُ ذَٰلِكَ ۗ فَإِنْ أَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا
جُنَاحَ عَلَيْهِمَا ۗ وَإِنْ أَرَدْتُمْ أَنْ تَسْتَرْضِعُوا أَوْلَادَكُمْ فَلَا
جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِذَا سَلَّمْتُمْ مَا آتَيْتُمْ بِالْمَعْرُوفِ ۗ وَاتَّقُوا اللَّهَ
وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
f. Adanya nurani (super ego) dan bawah sadar
manusia. Terdapat dalam surat Al-Qiyamah [75]: 14
بَلِ الْإِنْسَانُ عَلَىٰ نَفْسِهِ بَصِيرَةٌ
g. Yang merasakan nyeri adalah kulit.
Terdapat dalam surat Al-Qiyamah ayat 4
بَلَىٰ قَادِرِينَ عَلَىٰ أَنْ نُسَوِّيَ
بَنَانَهُ
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
a. “Suatu hal atau peristiwa luar biasa
yang terjadi melalui seorang yang mengaku nabi,sebagai bukti kenabiannya yang
ditantan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan al serupa, tetapi
mereka tidak mampu melayani tantangan itu”
b. “Suatu kejadian yang keluar dari
kebiasaan,disertai denan unsur tantangan, dan tidak akan dapat ditandingi.”
2. Macam-macam Mukjizat :
a. Mukjizat bersifat Indrawi
b. Mukjizat Immaterial
3. Bukti Historis kegagalan menandingi
Al’qur’an
Al-Qur'an digunakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menantang
orang-orang pada masanya dan generasi sesudahnya yang tidak mempercayai
kebenaran Al-Qur'an sebagai firman Allah (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah
serta ajaran yang dibawanya. Terhadap mereka, sungguhpun memiliki tingkat
fashahah dan balaghah yang tinggi di bidang bahasa Arab, Nabi memintanya untuk
menandingi Al-Qur'an dalam tiga tahapan yakni Mendatangkan semisal Al-Qur'an
secara keseluruhan, Mendatangkan sepuluh surat yang menyamai surat-surat yang
ada dalam Al-Qur’an, surat yang menyamai surat-surat yang ada dalam Al-Qur'an.
4. Segi-segi Kemukjizatan
a. Gaya bahasa
b. Susunan kalimat
c. Hukum Ilahi yang sempurna
d. Ketelitian redaksinya
e. Berita tentang hal-hal gaib
f.
Isyarat-isyarat Ilmiah
0 Comments